
Pendidikan Tinggi di Indonesia saat
ini mulai berbenah yang bertujuan meningkatkan kualitas lulusan dalam
menghadapi globaliasi, dan tuntutan masyarakat serta perkembangan ilmu
dan tehnologi. Tantangan ini juga memotivasi dunia pendidikan tinggi
DIII Keperawatan Indonesia berdasarkan hasil survey Health
Profesional Education Quality (HPEC) pada tahun 2010 di 33 propinsi,
menemukan 70% manajemen isi atau proses pembelajaran masih rendah
terutama dalam penerapan kurikulum (AIPDIKI,2014). Pada hal Pendidikan
Tinggi Keperawatan diharapkan mampu menghasilkan tenaga keperawatan
yang memiliki sikap dan kemampuan dibidang keperawatan dalam memenuhi
tuntutan masyarakat dan pembangunan kesehatan di masa kini dan yang akan
datang. Pengembangan pendidikan yang berkualitas tidak terlepas dari
penerapan kurikulum yang terstandar dengan pencapaian pembelajaran (Learning Outcome/LO)
yang menggambarkan kemampuan lulusan dalam pemenuhan kebutuhan
masyarakat (pengguna lulusan ), visi keilmuan dari program studi
keperawatan dan nilai-nilai local dari perguruan tinggi.
Berdasarkan Peratuaran Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik
Indonesia No 73 Tahun 2013 Tentang penerapan Kerangka Kualifikasi
Nasional Indonesia Bidang Pendidikan Tinggi dimana lulusan DIII
keperawatan masuk dalam kualifikasi 5 yang memiliki kemampuan:- Menyelesaikan pekerjaan berlingkup luas, memilih metode yang sesuai dari beragam pilihan yang sudah maupun yang belum baku dengan menganalisis data serta mampu menunjukan kinerja dengan mutu dan kuantitas terukur
- Menguasai konsep teoriritis bidang pengetahuan tertentu secara umum, serta mampu menyelesaikan masalah prosedural.
- Mengelola kelompok kerja dan menyusun laporan tertulis secara komprehensif.
- Bertanggung jawab pada pekerjaaan sendiri dan bertanggung jawab terhadap hasil kerja kelompok yang dibawah tanggung jawabnya.
Berdasarkan Standar Nasional Pendidikan Tinggi pendidikan DIII jumlah SKS yng harus ditempuh berjumlah 108 – 110 untuk menambahkan jumlah SKS setiap institusi diberikan kesempatan untuk menambahkan 32 SKS sebagai muatan local, hal ini merupakan tantangan bagi pengelola untuk memberikan ciri khas institusi tersebut. Warna dari institusi tersebut sebagai market dalam menjawab kompetisi antar institusi. Penambahan mata kuliah ini perlu pertimbangan dari institusi, diperlukan pengkajian lebih dalam dari para pengguna lulusan, disesuaikan visi dan misi institusi namun tetap mempertimbangkan standar kompetensi dari lulusan DIII Keperawatan.
TANTANGAN BARU BAGI PENGELOLA PENDIDIKAN DIII KEPERAWATAN KEDEPAN…..
Tantangan kedepan bagi para pengelola pendidikan sangat tergantung dari inovasi dan kreativitas intitusi untuk menghasilkan lulusan yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat, namun hal ini tidaklah mudah bila pihak pengelola baik yayasan maupun pimpinan institusi tidak mempersiapkan segala sarana dan prasarana maupun SDM yang berkualitas, karena akan memberikan dampak terhadap metode strategi pembelajaran yang akan diberikan terhadap mahasiswa.
Metode pembelajaran yang berkembang saat ini menggunakan berbagai strategi antara lain dengan menggunakan pendekatan berdasarkan mata kuliah dan pendekatan terintegrasi. Pada kurikulum baru ini terdapat beberapa perbedaan dalam mata kuliah dalam kurikulum inti tahun 2006 jumlah SKS nya berkurang dan terdapat beberapa mata kuliah yang berkurang hal ini memberikan kesempatan untuk instusi mengembangkan muatan local yang lebih banyak.
Kurikulum inti ini terdapat mata kuliah wajib dari Dikti yaitu mata kuliah Agama, Bahasa Indonesia, Pancasila, Kewarganegaraan dan Kewirausahaan selain itu terdapat 6( enam) kelompok Mata kuliah antara lain
A. Mata kuliah ilmu alam dasar dan bio medic dasar
- Ilmu Bio Medik Dasar ( kajian fisika,anatomi fisiologi dan biokimia)
- Gisi dan Diet
- Patofisiologi
- Farmakologi
- Psikologi
- Anthropologi Kesehatan
- Etika keperawatan
- Konsep Dasar Keperawatan
- Keperawatan Dasar
- Metodologi Keperawatan
- Dokumentasi Keperawatan
- Komunikasi
- Manajemen Keperawatan
- Manajemen Patient Safety
- Praktek Kinik Keperawatan Dasar
- Keperawatan Medikal Bedah I
- Praktek Kinik Keperawatan Medikal Bedah I
- Keperawatan Medikal Bedah II
- Praktek Kinik Keperawatan Medikal Bedah II
- Keperawatan Anak
- Keperawatan Maternitas
- Keperawatan Jiwa
- Keperawatan Gawatdarurat dan Manajemen Bencana
- Keperawatan Keluarga
- Keperawatan Gerontik
Kurikulum inti ini sudah menentukan bahan kajian dan memiliki berbagai bahan pertimbangan untuk tidak lagi ada mata kuliah tertentu seperti promkes/ pendidikan kesehatan, keperawatan komunitas karena mata kuliah tersebut berdasarkan bahan kajian sudah terintegrasi dengan mata kuliah yang lain dan lulusan DIII Keperawatan untuk perawatan komunitas sesuai kewenangannya / kompetensinya adalah memberikan asuhan keperawatan keluarga dalam tatanan komunitas.
Perubahan kurikulum ini akan menuntut kreativitas para dosen dalam mengemas setiap mata kuliah agar terintegrasi dalam mata kuliah lain. Mau tidak mau, suka tidak suka dosen harus menjawab tantangan tersebut dengan mengembangkan diri secara terus menerus terutama dalam tehnik mengajar. Namun tidak cukup dengan niat tapi perlu perhatian dari pihak pengelola untuk memberikan kesempatan bagi dosen untuk berkembang dan juga fasilitas/sarana yang memadai seperti alat – alat laboratorium, ruang kelas yang terstandar dengan harapan menghasilkan kualitas lulusan yang lebih baik dengan profil lulusan sebagai perawat pelaksana asuhan keperawatan pada individu, keluarga dan kelompok khusus di tatanan klinik dan komunitas yang memiliki kemampuan dalam memenuhi kebutuhan manusia yang meliputi aspek bio psiko sosio cultural dan spiritual dalam kondisi sehat, sakit serta kegawatdaruratan berdasarkan ilmu dan tehnologi keperawatan dengan memegang kode etik perawat(Tim Pokja Kurikulum AIPDIKI).sumber
Tidak ada komentar:
Posting Komentar